
JAKARTA Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, menjadi bukti nyata penghargaan bangsa terhadap jasa besar seorang pemimpin yang telah mendedikasikan hidupnya untuk kemajuan Indonesia. Keputusan pemerintah ini disambut luas sebagai langkah bersejarah dan bijaksana dalam menilai kembali perjalanan bangsa secara objektif, sekaligus memperkuat semangat persatuan nasional.
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Zainut Tauhid Saadi menyampaikan apresiasi dan selamat kepada pemerintah atas penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada dua tokoh besar, Soeharto dan Abdurrahman Wahid, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan 10 November 2025. Menurutnya, keputusan ini merupakan langkah strategis dan elegan dalam rekonsiliasi sejarah bangsa.
Setiap pemimpin memiliki peran dan jasa besar dalam rangkaian sejarah Indonesia. Kita harus mampu mengambil ibrah dari kepemimpinan mereka untuk masa kini dan masa depan, ujar Zainut.
Ia menilai, dari sosok Soeharto dapat diteladani semangat perjuangan dan dedikasinya terhadap kedaulatan negara, termasuk perannya dalam menjaga stabilitas nasional serta mendorong kesejahteraan rakyat melalui pembangunan berkelanjutan. Pemberian gelar ini menjadi momentum memperkuat persatuan nasional di tengah perbedaan pandangan sejarah.
MUI mengajak seluruh elemen bangsa menjunjung tinggi kebesaran jiwa kedua pahlawan ini, mengakhiri segala bentuk polarisasi yang tidak produktif, dan bersatu membangun Indonesia yang adil, makmur, dan beradab, tegasnya.
Sementara itu, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyatakan bahwa penghargaan kepada Soeharto merupakan pengakuan resmi atas kontribusi besar dalam menjaga stabilitas nasional dan menata fondasi pembangunan Indonesia modern.
Ini bukan sekadar simbol sejarah, melainkan wujud penghormatan terhadap dedikasi beliau dalam membangun bangsa, ucap Prasetyo.
Sementara itu, Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bahlil Lahadalia menilai, Soeharto sangat layak menerima gelar Pahlawan Nasional karena selama 32 tahun kepemimpinannya telah meletakkan dasar kuat bagi kemajuan Indonesia. Berbagai capaian penting seperti swasembada pangan, pengendalian inflasi, dan pertumbuhan ekonomi pesat yang sempat menempatkan Indonesia sebagai salah satu Macan Asia.
Keberhasilan pembangunan era Soeharto tidak hanya terlihat dari angka ekonomi, tetapi juga dari meningkatnya rasa percaya diri bangsa dalam menentukan arah kebijakan nasional, kata Bahlil.
Dari kalangan tokoh agama, KH Achmad Syamsul Askandar (Gus Aan) menilai keputusan ini sebagai bukti kedewasaan bangsa dalam memahami sejarah secara utuh.
Setiap pemimpin punya kelebihan dan kekurangan, tapi jasa besar Soeharto terhadap bangsa tidak bisa dihapuskan begitu saja, tuturnya.
Pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto mencerminkan kematangan bangsa dalam menilai sejarah tanpa bias politik. Langkah ini menjadi simbol bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati pemimpinnya, belajar dari masa lalu, dan terus meneladani semangat pengabdian demi kemajuan Indonesia di masa depan. (*/rls)
