Paket Stimulus Ekonomi Tingkatkan Daya Beli Masyarakat Sekaligus Jaga Pertumbuhan Ekonomi

 

Oleh: Mahmud Sutramitajaya)*

Pemerintah menunjukkan keseriusannya dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional khususnya meningkatkan daya beli masyarakat di tengah tantangan global yang meningkat. Melalui Kementerian Keuangan, paket stimulus fiskal untuk semester II tahun 2025 dipastikan direalisasikan sebagai respons cepat atas dinamika geopolitik yang tengah memanas, terutama konflik militer antara Iran dan Israel yang berdampak pada perekonomian global.

Langkah taktis ini merupakan hasil keputusan strategis dalam rapat terbatas yang dipimpin langsung oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka. Dalam pertemuan tersebut, disepakati pemberian lima paket stimulus ekonomi yang menyasar peningkatan daya beli masyarakat sekaligus menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Salah satu bentuk stimulus yang mendapat sorotan luas adalah kebijakan penurunan tarif transportasi. Dengan anggaran sebesar Rp940 miliar dari APBN, masyarakat akan merasakan diskon tarif kereta api sebesar 30 persen, potongan harga tiket pesawat melalui pembebasan PPN sebesar 6 persen, serta diskon tarif angkutan laut hingga 50 persen. Insentif ini diharapkan mampu mendorong mobilitas masyarakat secara lebih merata, terutama saat momentum libur sekolah di bulan Juli.

Selain itu, kebijakan stimulus turut mencakup diskon tarif tol sebesar 20 persen yang diberikan tanpa menggunakan dana APBN, dengan anggaran Rp650 miliar. Targetnya mencakup 110 juta pengendara selama periode liburan. Sektor transportasi diyakini menjadi motor penting dalam pergerakan ekonomi daerah dan nasional, sehingga langkah ini menjadi strategi jitu mempercepat perputaran uang di masyarakat.

Dari sisi perlindungan sosial, pemerintah menyalurkan program penebalan bantuan sosial senilai Rp11,93 triliun. Dalam pelaksanaannya, masyarakat penerima manfaat akan memperoleh bantuan berupa kartu sembako senilai Rp200.000 per bulan dan beras 10 kilogram setiap bulan selama dua bulan berturut-turutStimulus ini memberikan kepastian terhadap kebutuhan dasar masyarakat, terutama kelompok rentan yang terdampak tekanan harga kebutuhan pokok.

Tak hanya itu, Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengatakan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp10,72 triliun untuk program bantuan subsidi upah (BSU). Program ini diberikan kepada 17,3 juta pekerja berpenghasilan di bawah Rp3,5 juta, termasuk di antaranya 288.000 guru di bawah naungan Kemendikdasmen serta 277.000 guru di bawah Kemenag. Setiap penerima akan memperoleh bantuan sebesar Rp300.000 per bulan untuk dua bulan, yang akan disalurkan secara sekaligus.

Langkah berikutnya menyasar sektor ketenagakerjaan padat karya, melalui perpanjangan diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar 50 persen selama enam bulan. Dengan anggaran sebesar Rp200 miliar, kebijakan ini diyakini memberikan napas segar bagi sektor industri yang selama ini menjadi tumpuan penciptaan lapangan kerja.

Kebijakan fiskal yang dirancang berbasis konsumsi tersebut diyakini mampu merespons pelemahan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025, yang hanya mencatatkan angka 4,87 persen secara tahunan. Angka ini merupakan yang terendah dalam lebih dari tiga tahun terakhir dan menjadi sinyal perlambatan konsumsi rumah tangga sebagai komponen utama pertumbuhan ekonomi.

Sementara dari pihak pengusaha, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani, memberikan apresiasi terhadap langkah pemerintah yang dinilai cepat dan relevan. Menurutnya, keberanian pemerintah meluncurkan stimulus selama dua bulan ini mampu menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional, khususnya dari sisi konsumsi domestik. Pihaknya juga menilai bahwa respons fiskal yang ditargetkan secara langsung kepada masyarakat menjadi pondasi yang dibutuhkan untuk menjaga sirkulasi ekonomi nasional tetap bergerak di tengah ketidakpastian global.

Namun demikian, Shinta juga menegaskan bahwa keberhasilan stimulus sangat bergantung pada kecepatan, ketepatan sasaran, serta koordinasi pelaksanaannya.Kuartal kedua dan ketiga tahun ini menjadi masa yang krusial, dan setiap hambatan teknis dalam implementasi bisa mengurangi daya dorong kebijakan yang telah disusun dengan matang.

Lebih lanjut, Apindo juga mendorong perluasan stimulus ke sektor produktif melalui keringanan pajak, deregulasi, percepatan perizinan, serta pembukaan akses pembiayaan yang lebih murah dan terjangkau. Semua ini penting untuk memastikan sektor usaha dapat bertahan dan terus tumbuh dalam situasi penuh tantangan.

Dalam konteks jangka panjang, stimulus ekonomi yang tengah dijalankan semestinya menjadi bagian dari kebijakan menyeluruh yang menggabungkan strategi pemulihan konsumsi, peningkatan investasi dan ekspor, pemberian insentif produksi, serta jaminan terhadap stabilitas kebijakan. Sinergi lintas sektor dan konsistensi kebijakan akan memperkuat fondasi ekonomi nasional untuk tumbuh secara berkelanjutan.

Shinta Kamdani menyampaikan bahwa pemulihan ekonomi yang kuat hanya dapat dicapai apabila ada kolaborasi erat antara pemerintah, pelaku usaha, dan seluruh pemangku kepentingan. Komitmennya untuk terus memberikan masukan konkret dan menjadi mitra aktif dalam memastikan seluruh kebijakan insentif berjalan efektif dan tepat sasaran.

Dengan stimulus yang telah dirancang dan segera diimplementasikan, pemerintah menunjukkan kapasitas dan kesiapannya dalam menghadapi tekanan ekonomi global. Kombinasi antara perlindungan sosial dan dukungan pada sektor riil diyakini dapat menjadi motor penggerak baru untuk membawa ekonomi Indonesia kembali ke jalur pertumbuhan yang inklusif dan berdaya tahan tinggi.

Dengan pelaksanaan yang tepat sasaran dan koordinasi yang kuat, paket stimulus ekonomi diharapkan mampu meningkatkan daya beli masyarakat secara signifikan sekaligus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional. Sinergi antara kebijakan pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat serta pelaku usaha menjadi kunci agar stimulus ini tidak hanya meredam dampak jangka pendek, tetapi juga memperkuat fondasi pemulihan ekonomi yang berkelanjutan di tengah tantangan global.

)* Penulis adalah pemerhati ekonomi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top