
Oleh : Yuni Amanda )*
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu prioritas utama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto terus menunjukkan hasil nyata yang semakin memperkuat optimisme publik terhadap agenda besar pembangunan sumber daya manusia. Dalam forum Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2025, Presiden Prabowo kembali menegaskan bahwa MBG telah mencapai capaian monumental yang tidak hanya mencerminkan keberhasilan teknis, tetapi juga mencerminkan komitmen kuat negara dalam memastikan setiap anak Indonesia tumbuh sehat, cerdas, dan kompetitif.
Presiden menjabarkan bahwa program tersebut kini telah menjangkau lebih dari 44 juta penerima manfaat yang terdiri dari anak-anak sekolah, kelompok usia dini, serta ibu hamil yang membutuhkan dukungan gizi harian. Presiden Prabowo Subianto menilai bahwa keberhasilan itu bukan sekadar angka distribusi semata, melainkan representasi dari arah kebijakan negara yang menempatkan ketahanan gizi sebagai fondasi strategis menuju Indonesia Emas 2045. Kepala negara juga menyampaikan bahwa lebih dari 2 miliar porsi telah diproduksi dan disalurkan langsung kepada masyarakat, yang menurutnya menjadi pencapaian membanggakan dalam sejarah pembangunan gizi nasional.
Arah kebijakan tersebut menjadi semakin kuat ketika dukungan penuh datang dari kalangan akademisi. Guru Besar FKM UI Prof. Sandra Fikawati menyampaikan bahwa kemampuan daya saing bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas gizi anak sejak masa pertumbuhan, dan selama bertahun-tahun isu ini kurang mendapatkan perhatian optimal. Dalam pandangannya, MBG menghadirkan peluang besar untuk mengubah arah kualitas SDM Indonesia ke level yang lebih maju karena generasi muda kini menerima asupan gizi secara konsisten sejak usia dini. Ia menegaskan bahwa program ini berpotensi memperkecil ketimpangan kesehatan antarwilayah, sekaligus memperkuat kesiapan generasi muda menghadapi tantangan global.
Dari evaluasi akademis tersebut, terdapat pesan penting bahwa manfaat MBG sangat terasa terutama di wilayah 3T yang selama ini terbatas akses pangan bergizi. Program ini dinilai telah menutup jurang ketimpangan gizi yang selama bertahun-tahun menjadi persoalan klasik di banyak daerah. Prof. Fikawati menekankan bahwa keberlanjutan program menjadi kunci agar fondasi pembangunan SDM ini tidak terhenti. Ia mendorong seluruh elemen bangsa menjaga keberlangsungan MBG sebagai investasi jangka panjang negara dalam menciptakan generasi unggul.
Penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan (PKGK) FKM UI memberikan gambaran konkret mengenai dampak positif pemberian makanan bergizi sebelum program MBG berjalan secara nasional. Dalam simulasi intervensi di 15 sekolah dan satu posyandu di berbagai daerah, terlihat penurunan signifikan pada angka gizi buruk dan gizi kurang. Bahkan setelah 15 minggu intervensi, anak-anak mengalami peningkatan berat dan tinggi badan yang menggambarkan keberhasilan intervensi berbasis pangan bergizi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa program seperti MBG bukan hanya memberikan manfaat sesaat, tetapi turut memperbaiki status gizi secara menyeluruh.
Selain manfaat fisik, dampak yang paling ditekankan adalah peningkatan pengetahuan gizi di kalangan anak sekolah dasar. Pengetahuan, sikap, dan perilaku terkait gizi seimbang meningkat signifikan, memberi indikasi bahwa program ini telah membangun kesadaran sejak dini mengenai pentingnya makanan bernutrisi. Temuan-temuan ini semakin mengukuhkan bahwa MBG bukan sekadar program bagi-bagi makanan, tetapi merupakan strategi pendidikan gizi yang terencana dan komprehensif.
Ke depan, pemerintah telah menyiapkan penguatan dari sisi edukasi gizi agar program ini semakin efektif. Prof. Sandra Fikawati menjelaskan bahwa Badan Gizi Nasional (BGN) tengah menyusun modul edukasi gizi bersama perguruan tinggi untuk memastikan penerima manfaat memahami fungsi setiap jenis makanan yang mereka konsumsi. Edukasi tersebut tidak hanya ditujukan kepada siswa, tetapi juga orang tua yang memegang peran penting dalam menerapkan pola makan sehat di rumah.
Selain modul edukasi, pemerintah melalui BGN juga sedang mempersiapkan peningkatan kapasitas tenaga ahli gizi di Indonesia. Prof. Fikawati menyampaikan bahwa sertifikasi nutrisionis akan diperkuat untuk memastikan setiap wilayah memiliki tenaga ahli yang mampu mendampingi pelaksanaan MBG secara lebih profesional. Tenaga nutrisionis nantinya akan berperan penting dalam memastikan keamanan pangan, pemenuhan gizi, sekaligus mengedukasi masyarakat secara berkelanjutan.
Keseriusan pemerintah dalam memperkuat pondasi gizi nasional melalui MBG menunjukkan bahwa program ini tidak dirancang sebagai kebijakan populis jangka pendek, melainkan sebagai kebijakan strategis yang memiliki dampak struktural bagi generasi mendatang. Jika keberlanjutan dan kolaborasi lintas sektor terus dijaga, Indonesia memiliki peluang besar melahirkan generasi yang sehat, cerdas, dan memiliki daya saing global.
Dalam konteks pembangunan SDM yang menjadi kunci utama menghadapi bonus demografi, MBG hadir sebagai instrumen transformasi sosial yang memperkuat kesetaraan kesempatan bagi seluruh anak bangsa. MBG bukan hanya tentang makanan, tetapi tentang menghadirkan masa depan yang lebih siap, lebih kuat, dan lebih adil bagi seluruh warga negara. Program ini pantas mendapat dukungan penuh dari seluruh elemen masyarakat agar cita-cita besar Indonesia Emas dapat terwujud dengan kualitas SDM terbaik.
)* Penulis merupakan Pegiat Jurnalis Muda Batavia
